MY INTERVIEW MOMENT WITH RENDY PANDUGO IN MY NEW JOB

by - September 07, 2017


Musik memang selalu menjadi pengantar emosi yang tak terdeskripsikan. Berbeda saat aku menulis blog atau diary yang harus detail dengan tulisan yang penuh. Yup, musik hebatnya tetap bisa menjabarkan perasaan hanya dengan nada-nadanya saja. Makanya aku suka banget denger musik. 

Nah, akhir-akhir ini, aku suka mendengar lagu-lagu dari penyanyi Rendy Pandugo. Mungkin karena album perdananya, The Journey (2017), baru saja dirilis seperti yang bisa kamu lihat artikel online-ku di sini, jadi nggak aneh, kedua telingaku bisa dibilang lagi senang-senangnya mendengar lagu-lagu baru Rendy Pandugo yang totally easy-listening.

Serunya, aku baru saja berkesempatan melakukan wawancara eksklusif bersama Rendy Pandugo untuk majalah GADIS Edisi Oktober 2017 (remember to get it soon!). Tentu, The Jouney (2017) menjadi pembahasan utama. Ada banyak fakta menarik dari 1 jam lebih pembicaraanku dengan Rendy Pandugo yang memilih untuk memegang telepon genggamku saat aplikasi voice recorder menyala. Yang paling penting untuk diketahui, Rendy Pandugo mengungkapkan kalau The Journey (2017) menceritakan kisah hidupnya selama 5 tahun belakangan ini, secara spesifik, perjalanan hidup musikalnya.

Dari situ, sudah bisa ketebak dong, Rendy Pandugo memang passionate banget sama musik. Dan ya, aku bisa merasakannya saat ngobrol bareng dirinya. Dia mengerti banyak tentang musik dan terlalu banyak ekspresi jatuh cinta pada musik yang ia tunjukkan. Seperti saat ia mengungkapkan salah satu impiannya. Katanya, "aku ingin melakukan world tour, nggak peduli di panggung besar atau semata-mata tour kecil-kecilan. Baik di jalan maupun kafe, I would like to do it one day cause I love it."

Benar banget! Saat kita mencintai apa yang kita lakukan sebagai karier utama, kita nggak bakal terlalu mempermasalahkan hal-hal lain yang bisa dibilang layak dijadikan keluhan. Sebaliknya, seperti yang dilakukan Rendy Pandugo, kita bakal fokus sama tujuan impian kita saja untuk keep doing what we love the most. Psst, itu juga yang kulakukan di dunia jurnalistik yang sangat kucintai.

Tapi, balik ke kisah Rendy Pandugo, Rendy Pandugo membuktikan kalau paradigma itu membuahkan hasil yang positif seperti yang dibuktikannya lewat peluncuran album perdana, The Journey (2017). Nggak tanggung-tanggung, saat interview, Rendy Pandugo menceritakan garis besar dari kisah perjalanan musikalnya yang sangat inspiring dalam konteks 'dream big and do it'. Yup, dari nol hingga menjadi musisi pertama Sony Music Entertainment Indonesia yang albumnya dijual di mancanegara, you gotta read it in detail on GADIS magazine October 2017 Issue. Seriously, I really do hope you got inspired as it is also his dream to inspire you, girls!

Tapi sebelum itu, kamu juga wajib melhat sisi lain Rendy Pandugo yang bisa kamu lihat di akun YouTube GADISmagz di sini. Yup, kalau kamu kira Rendy Pandugo cuma bisa menyanyi sambil main gitar layaknya John Mayer, kamu salah! Rendy Pandugo ternyata punya sisi fun yang ia tunjukkan saat main 2 konten games yang aku ciptakan untuk majalah GADIS. Pertama, '5/10' dan kedua, 'Buktikan Kamu Bisa'. Sebagai bocoran, di salah satu games tersebut, Rendy Pandugo ditantang menggambar dirinya sendiri. Lihat gambar di bawah ini tapi  jangan lupa untuk subscribe and stay tune on GADISmagz YouTube channel here.


Bekerja di majalah GADIS, aku bukan semata-mata cuma menulis artikel sebagai seorang redaktur, tapi juga membuat konten-konten video seru sebagai produser. Nah, dengan tanggung jawab itu, aku tentu paling lega dan senang kalau si narasumber enjoy the contents I created. Itu yang selalu diharapkan oleh semua anak majalah. Nggak seru dong, kalau konten yang seharusnya asik malah terlihat sebaliknya karena narasumber nggak bersemangat di depan kamera.

Thank God! Rendy Pandugo seemed loving it and he totally had fun in front of the camera! Jujur, awalnya, aku sedikit was-was. Aku pikir Rendy Pandugo mungkin saja tipe cowok yang pendiam karena citranya yang kalem dan lagu-lagunya yang romantis. Apalagi, saat melakukan sesi photoshoot, di mana aku juga bertugas sebagai fashion stylist, Rendy Pandugo lebih banyak menunjukkan ekspresi kalem ketimbang riang, which is nggak ada salahnya, karena penampilan itu sesuai dengan karakternya yang ingin ia tampilkan.

Tapi, ternyata hal itu nggak menjadi alasan yang bisa mengatakan kalau Rendy Pandugo nggak asik. In fact, he was really fun and friendly, also polite. Bisa dibilang, bahkan dengan waktu pertamaku berinteraksi dengan Rendy Pandugo selama sekitar 3 jam lebih totalnya, aku sudah bisa menebak kalau ia memiliki karakter yang baik. Hal itu kurasakan saat ia nggak menunjukkan sikap negatif walaupun tahu aku nggak mengerti banyak tentang musik yang ia pahami.

Seperti ini: Rendy Pandugo berpendapat kalau musik Indonesia sekarang ini nggak lagi mengikuti tren seperti dulu. Menanggapi itu, aku bilang, "tapi kayaknya masih booming tren EDM." Mendengar itu, Rendy Pandugo dengan ramah menjelaskan, "coba diperhatikan, musisi lokal sekarang bisa menampilkan musik khas-nya sendiri-sendiri, kan? Sebagai contoh, meskipun ada tren EDMRaisa nggak bikin lagu EDM dan tetap lakuBahkan, musisi indie Payung Teduh bisa dapat peringkat nomor satu di iTunes. Itu tentu jadi bukti kalau musik Indonesia sudah berkembang baik tanpa embel-embel ngikutin tren begitu saja, yang berpotensi bikin pasar musik sama rata dengan tren aliran musik tertentu. Para penikmat musik juga nggak ikut-ikutan tren."

Dari pembicaraan itu, aku jadi ngerti dan kita jadi ngobrol lebih banyak lagi tentang musik. Saking lamanya, batas waktu 15 menit interview yang diminta sang manager berujung jadi 1 jam lebih seperti yang kusebut di atas. Untungnya, Rendy Pandugo dan manager-nya baik-baik saja dan enjoyed the conversation.

Dan ini nih, yang diharapkan anak majalah saat bertemu narasumber. Kita berharap interview yang dilakukan bersama narasumber mendapat respon yang baik. Lebih bagus lagi, kalau interview terasa seperti ngobrol layaknya teman antar teman. Setidaknya, kita ingin pekerjaan kita dihargai dengan good treat from the sources. I mean, hubungan timbal balik dalam bekerja itu penting ya, kan? 

[TIPS KERJA DI MAJALAH]

Tapi, jangan jadikan hal ini sebagai alasan untuk menuntut narasumber harus sesuai dengan apa yang kita inginkan. Bekerja di dunia media, khususnya di bidang majalah cetak, kita harus ingat untuk merendahkan diri dan mengutamakan narasumber. Seperti kata slogan saat orang berjualan, konsumen adalah raja. Begitu juga saat bekerja di bidang jurnalistik, terkadang narasumber adalah raja. Jadi, untuk kamu yang ingin bekerja di majalah, kamu harus bisa memisahkan perasaan sensitifmu dari profesionalitas bekerja. 

Seru kok, kerja di majalah. Meskipun akan ada momen di mana kita bakal bertemu dengan narasumber yang menurut pandangan kita, nggak bersahabat, tapi hal itu nggak bakal jadi masalah besar. Toh, kita tetap dapat banyak pengalaman seru dan cerita seru dari bertemu banyak orang baru, seperti saat aku bertemu Rendy Pandugo untuk pertama kalinya.

Rasanya, aku senang bisa bicara tentang musik dari musisi yang lagu-lagunya aku dengar. Plus, the interview and everything went very well. So, untuk tahu lengkapnya tentang album perdana Rendy Pandugo, The Journey (2017), jangan lupa stay tune on GADIS magazine. Cheers!

Foto: Dok. Rachmat Ichmosa


You May Also Like

0 comments