I AM SO PROUD OF TAYLOR SWIFT NEW REPUTATION

by - November 25, 2017



Look what you made me do, Taylor Swift! Sambil mendengarkan tembang lagu lamanya, aku berusaha mengenali evolusi musik dari penyanyi cantik yang biasa aku sebut dengan nama TaySwift. Dari country ke pop hingga akhirnya, tercipta satu warna baru yang terkesan edgy lewat album Reputation (2017). Yasss people, the wait has definitely been over!


Setelah nyaris memasuki waktu 3 tahun untuk Taylor Swift vakum dari segala aktifitas bermusik, Taylor Swift akhirnya memperkenalkan musik terbarunya yang paling dinantikan. Dan kata baru ini sangatlah sesuai, terbukti dari satu kemasan musik karyanya dalam album Reputation (2017) yang sangat berbeda. Bisa dibilang, ini sangat koleran dengan sepenggal kalimat dari singel pertamanya yang dirilis, Look What You Made Me Do, "The old Taylor is dead."

Yup, siapapun nggak akan bisa menemukan atau setidaknya menikmati karakter Taylor Swift yang selama ini ia bangun, sweet and love, seolah cewek kelahiran 1989 ini sudah benar-benar "tiada" (dalam konteks her old spirit in music). Bahkan, mereka yang hanya mendengar lagu-lagu hits-nya saja (Love Story, We Are Never Ever Getting Back Together, Shake It Off, etc) juga akan setuju dan kebingungan dengan bagaimana evolusi yang kontras ini terjadi dan menciptakan kolerasi yang tepat pada sepenggal kalimat kecil tersebut yang ia ciptakan hingga menjadi worldwide.

Tentu, sebagai seorang songwriter yang brilliant dengan setidaknya 10 piala Grammy yang telah dimenangkannya (so far), itu semua merupakan hasil dari inspirasi cerita yang sedang ia beritakan lewat satu kepingan CD bernuansa hitam-putih terbaik yang benar-benar tepat dalam menggambar tema dari keseluruhan cerita tersebut.

As we know, dalam kurung waktu 3 tahun, ada banyak cerita kontroversial yang dialami Taylor Swift hingga vakum dari dunia entertainment dalam waktu yang terbilang cukup lama. Sebut saja,  perselisihannya dengan Kanye West, cinta setiganya antara Calvin Harris dan Tom Hiddleston, termasuk keadaan yang sempat memanas antara dirinya dengan Calvin setelah putus, juga kasus pelecehan seksual yang dialaminya. Belum lagi, saat menghadapi itu, nggak sedikit media yang masih suka menunjuknya dengan cara yang diinginkan oleh para haters. Yup, masa itu tentu merupakan masa yang bisa digambarkan sebagai her dark era.

Jadi, rasanya mustahil, kalau kita berekspetasi musik baru Taylor Swift yang sangat dinantikan ini tidak bernuansa amarah dan kelam. Dude, she is an honest songwriter, seperti yang pernah diungkapnya pada sebuah media lokal di Amerika Serikat, "Aku percaya seorang penulis lagu haruslah jujur. Aku bisa saja menyembunyikan beberapa hal yang ingin aku curahkan hanya karena takut pada anggapan orang. Tapi, aku nggak ingin menjadi seorang penulis lagu seperti itu."

Makanya, nggak aneh, ia tetap berani membuat perubahan alur pada musik secara keseluruhan, yang di mana itu dikarenakan latar belakang cerita yang menginspirasi musiknya pada Reputation (2017). Dari nada-nada yang easy listening, semuanya beralih ke nada-nada EDM yang edgy, sangat cocok dalam mempresentasikan emosinya 3 tahun belakangan ini. Lirik-liriknya pun sangat terbuka tanpa batasan atau sesuatu yang ditutup-tutupi.

Yup, dibuka dengan lagu Ready For It? yang sukses menjadi awal yang mengejutkan, Reputation (2017) kemudian memutar lagu kolaborasinya bersama Ed Sheeran dengan titel End Game yang memiliki lirik dengan kata Big Reputation yang dinyanyikan berulang kali. It's surprisingly shocking tho to get Ed did rapping very well! Tapi, aku lebih terkesima dengan ungkapannya dalam lirik, "Reputation precedes me, they told you I'm crazy / I swear I don't love drama, it loves me." Yas! It totally hits the center of media creating her reputation so far. Hal itu juga dilakukannya melalui track ke-4 Don't Blame Me dan track ke-13 Look What You Made Me Do yang menjadi respon terbaik dalam menghadapi semua gambaran reputasi yang diciptakan oleh media terhadapnya. Seperti Blank Space, Taylor Swift nggak menulis kata-kata yang menggambarkan perasaan keberatan atas itu, tapi sebaliknya ia memberikan a total picture of what the media wants. It's like "I'm giving what you want. Done?" That's genius!

Dan tanpa peduli dengan tulisan media nantinya, Taylor Swift membuka sisi gelapnya saat terejebak dalam masalah. Yup, they are written very hard on I Did Something Bad and This is Why We Can't Have Nice Things. Sebagaiman disebutkan banyak media, para fans berspekulasi kalau kedua lagu tersebut diperuntukkan untuk Calvin Harris dan Kanye West. Sebagian mungkin merasa kalau lagu tersebut sangat bernuansa hatred dengan lirik-lirik yang ia tulis dengan kata-kata negatif. But for me, we are all human beings. Once, we are faced in fights, we have nothing nice to say. So, once again, as an honest songwriter, she supposedly express her anger on the songs.

Tapi, satu yang kamu nggak ketahui kalau kamu nggak mendengar satu album Reputation ((2017) secara keseluruhan. Dalam kekelaman yang ia tuangkan melalui lagu-lagu tersebut, Taylor Swift menunjukkan ada harapan baru melalui beberapa lagu yang masih bertemakan cinta. Seakan-akan, album ini benar-benar menunjukkan perjalanan hidupnya selama 3 tahun belakangan: dimulai dengan beragam masalah, tapi diakhiri dengan ending yang menggantikan amarah dengan kedamaian. Yup, lewat lagu berjudul King Of My Heart, Gorgeous, Call It What You Want dan New Year's Eve, Taylor Swift membuat kesimpulan, seolah-olah, semua masalah yang terjadi terasa berat saat itu, tapi pada akhirnya semuanya mampu berlalu and everyting comes back in a good way. So, call it what you want... at least I did something right." and yes, I am so proud of her and her new Reputation. You go girl, TaySwift!


Foto: Dok. Billboard

You May Also Like

0 comments